Warga menolak Ibadah orang kristen dilakukan di lingkungan mereka.
respon pertama saat membaca : Marah, mulai menghakimi dalam hati
merenung 5 menit : Masih marah, dan tidak terima seolah olah negara tidak menjamin kebebasan beribadah
lanjutin merenung 5 menit : masih kesel campur sedih, bayangin anak anak sekolah minggu yang harus kembali dibodohi oleh doraemon karena ga ada sekolah minggu
lanjutin lagi merenung sambil ngetik status : mulai agak tenang, tiba tiba otak ini berpikir mungkin ibadah ini mengganggu masyarakat.
ibadah yang ramai sangat berpotensi mengganggu kenyamanan orang lain, bisa karena parkir yang sempit, bisa karena kesenjangan sosial, bisa juga karena attitude orang kristen yang melukai rasa sosial. ini sama seperti gangguan gara gara hajatan ditengah jalan.
saya lanjutkan merenung 5 menit lagi : tiba tiba otak saya dipenuhi oleh memori masalalu, saat seorang anak kecil yang sedang main kelereng di depan tempat ibadah sepulang sekolah minggu, merasa ketakutan saat kepala desa beserta jajaran lengkap berteriak sangat keras untuk menghentikan ibadah. teringat masa itu, tiba tiba emosi saya meluap dan rasanya ingin protes dan melakukan sesuatu agar ini tidak boleh terjadi lagi.
lalu saya putuskan merenung 5 menit lagi…
dan ini lima menit terberat!
karena di 5 menit ini yang bisa keluar cuma 1 kalimat : ” aku mengampuni mereka”.
sejak lahir saya berbeda. di sd saya berbeda. di smp saya pun berbeda. di sma saya pun berbeda. di kampus saya berbeda. di kantor saya berbeda. dan buat saya, bukan perbedaan lah yang membuat kita susah, kesusahan dimulai saat kita sudah enggan bersama sama.
hai sahabat sahabatku yang mengasihi Yesus, pengampunan adalah matakuliah kehidupan yang paling sulit lulus. mari berjuang untuk itu. negeri ini bukan surga. dan ibadah yang sejati bukan pada pintu gereja yang terkunci. yang mereka pegang itu pintu gereja, bukan pintu surga. tetap kuat dan terus mengampuni.
dan buat semua sahabatku yang non Kristen, saya mengasihi mu bukan karena kita berbeda, tetapi karena semua kebersamaan kita. dan menjadi bersama dengan kamu adalah bagian terbaik dari limpahnya rahmat Tuhan buat saya.
kecuali kalau kebersamaan ini membuatmu kehilangan surgamu, aku sangat berharap kita tetap bersama. kita masih punya banyak hal universal yang bisa kita diskusikan, dan biarlah perbedaan mendewasakan kebersamaan kita.
buat para birokrat di negeri ini:
pak, …… its hurt dan aku mengampuni mu.
tak terasa sudah 100 menit kuhabiskan untuk menulis sesingkat ini.
semoga ini tidak memicu lebih banyak konflik.
View on Path