Mengapa saya memilih mencontek?
Hari ini saya menemukan ulah anak2 yang mencontek.
Dengan gaya agak nervous mereka masih pake cara lama : menyimpan buku catatannya ϑi laci meja, sbg bahan contekan. Ketika ditanya ada apa dilacinya, agak sedikit bergetar ia mencoba menyembunyikan isi lacinya, tapi anak ini kurang beruntung. Dia kira saya bisa percaya dengan omongannya. Aku geledah mejanya dan…..tada…. Anak ingusan ini membohongi saya.
Agak gemes, tapi saya sadar saya tidak dapat berbuat banyak. Mungkin inilah jawaban, kenapa Character jauh lebih berharga ketimbang Kepintaran.
Mungkin baginya, sangatlah penting untuk bisa disebut sbg anak yang Mampu Menjawab soal ketimbang mempertahankan diri menjadi anak berkarakter.
Lalu apa alasan yang membuat anak2 harus berjuang keras untuk “tampak pintar”? Apa karena anak pintar mendapat reward lebih baik dan lebih mulia ketimbang anak jeblok yanjg berkarakter.baik?
Mungkin ini menjadi pelajaran buat ku dan para pendidik lainnya. Gayus tambunan mungkin juga salah satu masterpiece dari sistem pendidikan yang lebih menekankan Kompetensi ketimbang Karaker.
Yang lucunya….
Si Curang tadi tiba-tiba datang menghampiri ku dan bertanya….”pak kapan saya ke kantor untuk menggambil bukunya?” Ternyata, si curang ini agak sportif….. Hahahaha
Posted from my BlackBerry.
Hmm.. Saya “ngalamin” c nyontek.. Tapi, nyontek saya berkarakter lho.. 😀